WANITA
IWan Siswanto
Garis wajahmu tegas seperti pelangi menghias angkasa.
ketika alur cerita tak lagi bermakna.....
hiasi dengan senyum yang tak lagi sendu.
kita adalah insan yang terus berpacu.
belajar mencari dan mengerti arti dan makna hidup
hidup sebuah perjuangan yang harus dipelajari dan di kaji.
garis wajahmu tak lagi biru.
terlukis dalam kegundahan malam,
tertulis dalam tabir yang tak kelam.
wahai wanita dengan garis wajah ceria.
jangan biarkan kau buat hampa dan nestapa secangkir hidup yang tersaji.
biarkan hidupmu melukiskan keabadian sebuah perjuangan.
jadikan perjuanganmu sebagai kenangan hidupmu.
wahai wanita.....
tuliskan sebuah karya di horizon...
bagikan asamu di cakrawala.
kini kau adalah wanita....
walau kau bertahta disinggasana istana dari abu
kau mampu mendandani jiwa kosong dari kegelisahan malam.
jangan pernah berhenti langkahmu walau terseok.
jangan ragu pijakmu walau ada belenggu.
sebelum jiwa kita binasa dan kembali menghadap yang kuasa.
SEBUAH PINTA
Tuhan...
Biarkan aku mengembara lebih lama.
menyusuri jejak keagungan-Mu
dalam sebuah lentera kecil dengan cahaya temaram.
yang tak suram dan tak kelamTuhan...
Hiaskan sebuah ronce melati.
harumkan jiwaku seperti kasturi.
agar jiwa tak lagi nestapa.
yang tak rapuh tanpa gulana.
Tuhan...
beri aku sejenak keabadian untuk mengenang.
mengisahkan arti perjalanan walau tak panjang.
ketika kau ambil jiwa ini aku dalam beranda-Mu.
bersujud dalam rangkulan-Mu.
Tuhan...
jika aku menghadap-Mu
aku ingin.......
tulang belulangku menjadi lilin yang menyala
yang dapat menerangi jalan mereka
untuk menuju kemenangan abadi.
Tuhan...
hanya itu pintaku pada-MU
IWan Siswanto
warna hidup
Biru itu sendu tak lagi menawan
merubah kelam warna hidup
apakah mampu...?
ketika putih dicari
merah meronta dalam kepingan rindu
membaur dalam padam kelabu
biru....
apakah warna itu menjamu
ketika hijau menyerikan rongga nafas
mampukah menelusur dalam putihnya jiwa
biru.....
apakah itu sendu
yang pasti itu adalah sebuah kalbu
TEMBANG SEPANJANG JALAN
biarkan sejenak berkembara
diantar dahan-dahan cemara
rimbun dan lebat mewarnai
aku tertinggal diantara mimpi dan tawa
yang terbelenggu oleh kerinduan yang tanpabatas
kekasih....
jika masih dapat mencumbu bayangmu
akan kurangkul senyumu
tawamu tertinggal diantara kisi-kisi hati
aku rapuh dan terpuruk
diantarapekatnya malam
kini kau mendongak berbalas renungan
perlahan kau lepaskan gengaman rindu
kau menghunus kalbu
ketika aku lemah dan terkulai
aku masih menanti disini
bersama rindu yang akan kutawarkan kembali
KEMATIANKU
jika aku tlah terpusara
aku mohon tak ada lagi air mata
iringi aku dengan kidung doa
yang mengantarkakaku ke alam yang berbeda
saudaraku....
jika tlah tiada...
usung aku dengan nyanyian atas Tuhan kita
maka berpulangnya aku tanpa ada luka
jika aku tlah terpusara
hiasi aku dengan ronce melati
dan bakarlah tulang belulangku
sebagai lilin yang akan menerangi jalanmu
agar menuju kemenangan abadi
Iwan Siswanto, 13091982